More than the words, n find more a sense from the masterpiece. cos it's trully deeply the art from heart.

Sabtu, 05 Desember 2015

Mind vs The World

Paulo Coelho pernah berkata " apa yang orang lain pikirkan tentangmu bukanlah urusanmu" Tapi saya merasa manusia selalu hidup dibawah bayangan pendapat orang lain. Kita selalu menilai sesuatu itu Baik karena itu memang dikatakan Baik.
Di Indonesia khususnya entah itu lingkungan masyarakat, di lingkungan sekolah, Maupun lingkungan perguruan Tinggi sekalipun semua masyakatnya hanya percaya dan mengajarkan hal yang homogen saja. Dimana hal yang homogen itu kemudian terlanjur dianggap benar dan menjadi standar norma dari lingkungan itu sendiri, sementara saya yakin setiap manusia diciptakan spesial oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Manusia punya kelebihan begitu juga kekurangan. Kadang mereka butuh dibimbing dengan cara yang berbeda pula sehingga seharusnya lingkungannya tidak bisa menetapkan standar yang homogen itu kepadanya. Banyak orang- orang yang takut untuk mengungkapkan isi pemikirannya karena lingkungannya memang sudah dibaluti dengan sebuah dogma. Jika tidak sesuai dengan pemikiran masyarakat pada umumnya maka dia akan menerima sanksi untuk itu.
Lantas apasih yang menjadi tolak ukur kita dalam menentukan seseorang itu layak untuk di cap menyimpang dari masyarakat? Apakah kita hanya bisa mengukurnya dengan standar kita sendiri? Atau standar masyarakat yang terlalu homogen?.
Saya yakin ada banyak korban yang dikucilkan atau bahkan diasingkan dari lingkungan masyarakat karena dia mengemukakan pendapat yang berbeda dengan dogma yang sudah terlanjur homogen itu, Lantas apakah dengan mengucilkan mereka dan terlalu menganggap benar pemikiran yang dianggap orang kebanyakan adalah benar itu akan menyelesaikan masalah? Jika solusi satu-satunya adalah dengan menghujat dan mengucilkan orang tersebut. Maka yang terjadi adalah dia akan menjadi pribadi yang membenci, membenci jiwa-jiwa homogen yang sudah terbalut dogma yang mata batinnya sudah mati atas nama keseragaman entah untuk apa. Kenapa tidak rangkul mereka yang punya pemikiran berbeda itu? Mungkin mereka hanya sedang mencari akan arti kebenaran dalam hidup ini? Pemikiran   mereka tidak bisa berhenti di tahap "menerima" saja tetapi pemikirannya terus berlanjut sampai tahapan apa, mengapa, kenapa, dan bagaimana? Bukanlah luar biasa jika orang punya pemikiran se kritis itu? Masalahnya adalah apakah kita masyarakat yang sudah dibaluti dengan dogma dari kecil bisa menerima kritikan tersebut? Apakah kita sanggup menjelaskan kepada jiwa-jiwa yang lapar akan pengetahuan, jiwa-jiwa yang selalu mencari hakikat yang sebenar-benarnya, jiwa-jiwa yang berani untuk mengkritik sesuatu yang dia anggap kurang benar?
Sayangnya kita Tak pernah bisa menerima kritikan, pendapat masyarakat banyak adalah mutlak dan tak bisa diganggu-gugat, jika ada yang berbeda maka merekalah yang tidak benar dan harus disingkirkan dari masyarakat. Sebenarnya Tanpa kita sadari kita berbuat seperti karena kita merasa bahwa pemikiran kita akan terganggu oleh mereka, kita merasa kita akan goyah jika orang seperti mereka terus ada dimasyarakat dan kita akan takut nilai-nilai yang sudah terlanjur dianggap benar itu akan rusak karena ulah jiwa-jiwa yang terlalu kritis itu. Intinya kita tidak sanggup menerima Kritikan mereka. Kita tidak sanggup menjawab apa yang menjadi masalah mereka dengan argument. Karena kita sudah merasa yang kebanyakan itu adalah yang benar.Intinya jika kita berhenti meragukan sesuatu Maka kita akan berhenti berpikir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar