More than the words, n find more a sense from the masterpiece. cos it's trully deeply the art from heart.

Sabtu, 27 September 2014

Fana dalam Nyata


Relung relung biru menjalar disisi nalar
Tatapan yang berisyarat marah ntah untuk siapa
Apa yang tersembunyi dari madu yang ternikmati
Berikan fantasi liar disela mimpi tengah malam
Sunyi sepi terlenyap sudah dalam keheningan
Wahai fajar jangan datang, biar tetap terjaga
Kami fana dalam nyata
Beribu kata tertahan dalam kenikmatan
Menusuk setiap hati yang terbawa
Ini perasaan bukanlah kesepian
Atau hati terlalu hampa sampai buta
Mati aku diujung kelam
Hidup.. Dimana dia?
Kucari tak ketemu, Kuhampa dia ada

Senin, 22 September 2014

Tuhan ( Sebuah Kontemplasi)


Jangan berdebat mengenai apa yang dikatakan oleh para nabi karena itu adalah hal yang memang tidak bisa didebat.
Jangan mempertanyakan apa isi kitab suci karena apa yang ditulis itulah yang harus dipercaya
Bukankah mereka para nabi-nabi termasuk titisan tuha, Orang-orang terpilih yang mempunyai daya pikir dan kekuatan alam bawah sadar yang melebihi manusia di jamannya
Bukankah kitab suci adalah apa yang dikatakan oleh tuhan melalui para nabi itu sendiri?
Jadi kenapa harus dipertanyakan?
Karena terkadang ada manusia yang merasa ada yang salah dari sistem yang sudah tertata rapi tersebut.
Bukankah para nabi juga begitu?
Manusia pada awalnya adalah bebas ibarat binatang yang hidup di alam liar
Kemudian mereka menemukan api untuk memasak makanan dan semenjak itulah mereka berbeda dari binatang.
Kemudian manusia mulai bisa berpikir, mereka tidak takut gelap lagi karena sudah punya api dan mulai berhenti menyembah sang matahari. Karena rupanya sang matahari itu bukanlah yang paling berkuasa didunia ini.
Manusia semakin lama semakin pintar karena makanan yang semakin beragam otak mereka bisa berkembang lebih maksimal.  Kemudian mereka percaya kepada dewa-dewi yang ada diatas langit. Karena mereka tidak pernah bisa terbang dan melihat apa isi langit itu jadi mereka percaya ada dewa-dewa diatas sana yang membuat matahari, yang menciptakan hujan,  yang menciptakan badai,  yang membuat malam.  Semua itu berasal dari langit jadi sudah pasti dilangit sana ada istana para dewa-dewi.
Lalu beberapa ribu tahun kemudian para yahudi mulai memahami kalau dewa-dewi itu hanyalah dongeng semata.  Apa yang mereka sebut kehidupan diatas langit itu adalah tidaklah ada.  Tuhan itu adalah satu kesatuan yang utuh, Dialah yang membuat semuanya pagi,  siang,  malam,  hujan,  badai,  semua terjadi atas kuasaNya. Tapi tetap saja tuhan itu berada di langit.
Lalu kemudian manusia menemukan cara untuk terbang,  akhirnya mereka sadar langit itu adalah hampa dan pengetahuan mengajarkan mereka bagaimana hujan itu terjadi,  kenapa ada siang dan kenapa ada malam? Semua bisa dijelaskan secara ilmiah.
Lantas bagaimana eksistensi tuhan itu sendiri?
Pada akhirnya manusia jugalah yang memilih
Memilih untuk percaya pada apa
Memilih untuk percaya dengan cara bagaimana
Lantas apakah defenisi tuhan itu?
Bukankah nilai-nilai moral yang tertanam dimasyarakat, dimana tuhan adalah ide yang murni dari idealisme itu sendiri.
Sebuah titik tertentu dimana kau tidak bisa mengungkapkan keajaiban alam semesta dengan nalarmu ataupun dengan metode berpikir logikamu.
Sesuatu yang kau puja-puja diatas segalanya karena itulah kesempurnaan itu sendiri.
Tuhan tidaklah berada diatas langit tapi dihati setiap manusia yang mendamba akan kedamaian dan kesempurnaan hidup dialam semesta ini.
Tuhan adalah sebuah materiealisme ide yang selalu menjadi paduan hidup manusia dalam kesehariannya
Saat tidak berdaya dan diuji dengan kehidupan yang berat tuhan menjadi harapan melalui doa-doa
Saat hidup berada di puncak kejayaan dan bergelimang harta tuhan menjadi alasan untuk tidak menjadi sombong dan peduli pada sesama
Tiada yang lebih sempurna dari Tuhan itu sendiri karena manusialah yang membuat standar atas idealisme hidup dalam alam semesta ini dan manusialah kemudian yang menyebutnya dengan Tuhan.

Rabu, 06 Agustus 2014

Damai Masa Lalu

Mestinya minta maaf pada diri sendiri dahulu
Mestinya berjanji pada diri sendiri dahulu
Gadismu ini tidaklah menepati janji
Gadismu ini takkan meminta maaf untuk itu
Bukankah dia juga tidak akan memaafkanmu?
Mestinya berdamai dahululah dengan hati
Biar semua berlalu jangan bawa bersama jiwamu
Jangan bergantung, terombang-ambing ditengah kenangan
Semua sudah berjalan sebagaimana mestinya
Gadismu ini sajalah yang tidak bahagia
Gadismu ini sajalah yang berjalan bersama rasa bersalahnya 
Mestinya dia melihat masa depannya, bukan kebahagianmu
Mestinya Memaafkan dirinya sendiri untukmu 
Gadismu ini membawa masalalu yang gentayangan bagai hantu
Sampai lupa kalau pintu selalu tertutup pada yang baru
Mestinya berdamai dahulu dengan masa lalu
Kunjungi dia sesaat setiap kamu rindu
Gadismu ini belajar dari penderitaanmu 
Gadismu ini melihat banyak saat kembali dari kenangan
Mestinya menatap jiwa baru
Mestinya melangkah penuh yakin
Gadismu ini mulai bermimpi dengan yang baru







Minggu, 25 Mei 2014

Syair Biru Malam Sendu


Kutanya pada malam tegarkah aku bagai karang?
Saat sendiri tanpamu
Pria terhebat dalam hidupku
Kenapa meninggalkanku saat yang kubutuhkan adalah kebijaksanaanmu
Manusia-manusia  naïf itu menyemburkan lahar ke wajahku
Panas, perih, luka, tanpamu bagaimana aku bisa
Manis wajah mereka hilang seiring pudarnya wajahmu diingatanku
Aku tidak takut menghantam badai, tapi aku takut akan pesanmu saat itu
Kurindu berbagi malam biru dengamu
Mengutuk harta yang membuat manusia buta
Terjaga meredam murung agar airmatamu tidak terjatuh
Demi tuhan kenapa malam terakhir itu kita lalui dengan sendu?
Tak kusesali kau pergi, jutaan airmata ini hanyalah penyembuh luka
Karena kau priaku tidak akan pernah kembali lagi
Sesak dada terisi penyesalan  ingin juga kutumpahkan
Idealismemu yang terikat padaku mencoba menutup lubang kosong dalam hati
Tapi bagaimanapun wajah kecewa itu akan kupendam menjadi dendam
 Katankanlah dari ujung langit sana, bagaimana aku harus berbuat?
Mimpi indah tentang kehidupan telah hancur bersamamu
Manusia-manusia konyol itu telah berani menertawakan setiap airmata yang jatuh dari pipiku
Lantas apa aku harus melupakan kebijakanmu dan membuat bajingan diriku sendiri?
Kau selalu berkata semua niat yang baik akan menghasilkan hasil yang baik pula
Sekalipun semua berpaling darimu kau tetap akan tersenyum bukan?
Aku tidak tahu bagaimana menjadi bijak saat kau tidak disisiku
Bisakah aku menawar rasa sakit dengan perbuatan baik itu sendiri?
Kau priaku dari ujung langit sana, bicaralah sekali saja dalam mimpi pun tak apa

~ for my beloved father, the man that my mother adore

Selasa, 13 Mei 2014

Cinta ( Mana Bisa Lupa )

Datang lagi kah rembulan malam ini?
Membuang rindu, menghapus sepi
Jangan katakan kali ini kau sementara
Jangan katakan kali ini kau bercanda
Rindu..., Rindu..., Rindu..., mana bisa aku lupa

Wahai rembulan malam penjaga lelapku
Bagaimana aku ingin melihat wajahmu?
Pandangikah hamparan bintang dengan mata tertutup
Seiring miris nelangsa hati terbuai bayangmu dalam gelap
Pahit..., pahit..., pahit...., mana bisa aku lupa

Mimpi datang mengandai-andai
Bagaimana aku ingin pelukan hangatmu malam ini?
Terjaga oleh mimpi tanpa peduli hanya ilusi bukan nyata
Langkah kakimu menghampiri, memeluk, mencium, seolah berkata
" sayang..., sayang..., sayang..., mana bisa aku lupa"

Kita beri nama ini sebuah tawar menawar takdir yang semu
Bagaimana saat aku merindukan suara mu?
Ada banyak lirik untuk mengekspresikan hati yang terluka
Walaupun hanya akan selalu bernyanyi dengan nada yang sama
Cinta..., cinta..., cinta..., Mana bisa aku lupa.




Jumat, 25 April 2014

Pragmatisme Cinta

Jangan ingatkan bagaimana kau menyanyikan sebuah lagu untukku
Karena kau mengharap sesuatu setelah itu.
Hapus ingatan tentang sebuah keromantisan tiada tara karena ada banyak perasaan yang bermain disana.
Kita berjalan bersama kebutaan. Aku sanggup hidup, aku sanggup berjanji tanpa peduli suatu saat itu akan kuingkari.
Aku bahagia saat kau peluk, tangisan datang bersama nafsu amarah dan konflik kemudian.
Tidak ada yang bisa kau tawarkan melainkan cinta itu katamu, itu hanya hasrat manusia semata pikirku.
Denganmu pernah kumencoba untuk menghilangkan pragmatis cintaku tapi malah kaulah orang yang membuat tawar menawar kemudian.
Rupanya seiring waktu berjalan matapun semakin terbuka. Kita harus melihat kiri kanan sebelum berjalan itulah katamu.
Lalu kausebut apa hubungan itu? Sebuah pasar tradisional kah?

Kamis, 10 April 2014

26 Tahun : Sebuah Renungan atau Sebuah Curahan?

Begitu terbangun pada hari kamis 3 April kemarin, saya berpikir, hei... Saya sudah 26 tahun  dan apa yang telah saya perbuat selama ini? Apakah sudah sesuai dengan apa yang saya inginkan ataukah malah jauh dari ekspetasi?. Pada setiap hari ulang tahun saya, saya selalu sempatkan beberapa jam untuk mengevaluasi diri. Dan sepertinya pada 26 tahun umur saya ini saya mendapatkan banyak pemikiran yang amat berharga. 

Permasalahan pertama adalah Terkadang ketika kita bertemu dengan orang yang kita anggap spesial akan langsung mempunyai ekspektasi yang melebihi dari selama ini kita pikirkan. Anggaplah kita selama ini selalu membuat skala prioritas untuk yang kita anggap spesial dengan sebuah feedback dimana suatu saat dia akan membuat perlakuan sama dengan yang kita inginkan. Saya selalu pikir manusia disekeliling saya juga punya pemikiran seperti itu. Memang pada dasarnya hidup lebih sering ada take and give dibanding tanpa pamrih. Jarang ada orang yang berbuat baik tanpa maksud tertentu. Ada saat dimana seseorang begitu baik dan melakukan segalanya untuk kita namun ketika keinginannya terhadap kita tidak tercapai maka dia akan melupakan kita begitu saja. 

Permasalahan kedua adalah bagaimana kita selalu tergantung dan terlalu berharap terhadap janji yang orang lain berikan. Sejujurnya setiap orang sudah pasti pernah tidak menepati janjinya. Hal itu bisa dimaklumi dan dimaafkan tapi setelah kita memaafkan dan memaklumi sudah tentu kita punya penilaian yang berbeda terhadap orang tersebut. Kebanyakan orang sering kali menjanjikan sesuatu dengan begitu mudahnya dan ketika dia merasa tidak memungkinkan untuk memenuhi janji itu maka dia akan mencoba mengulur-ngulur waktu , membuat alasan, dan mencari segala kemungkinan alasan pembenaran yang menjadikan mereka sebagai mulut manis pemberi harapan palsu.

Permasalahan ketiga adalah mengenai analisa prilaku seseorang terhadap kita. Ada banyak tipikal manusia dibumi ini tapi satu yang paling mengenaskan adalah orang yang dihadapan kita berbicara manis namun dibelakang kita selalu berkata buruk. Ada banyak orang yang suka berbuat superior terhadap orng lain, tidak pernah mau disalahkan dan selalu menyalahkan orng lain kalau ada sebuah kesalahan. Bukannya mencari solusi malah memperkeruh masalah dgn cara mecari alasan pembenaran sendiri melalui pembicaraan dibelakang layar tanpa berani berbicara langsung di publik yang terbuka.

Permasalahan keempat adalah ideologi yang menurut kalangan umum adalah salah. Baru belakangan ini saya berani berkata dengan terbuka bahwa saya adalah seorang rasionalis pendukung paham marxist dan seorang yang pro sekulerisme. Dimana ajaran-ajaran tersebut selalu di vonis salah dan sesat oleh semua kalangan beragama. Saya terkadang ingin menjelaskan bahwa itu hanya paham saja tidak ad hubungannya dengan agama, seperti tan malaka dan kamerad-kamerad revolusionir kiri lainnya yang tetap taat beribadah walaupun mereka adalah murid sejati dari Karl Marx, tapi ketidak terbukaan orang lain terhadap paham inilah yang membuat semua penganut dan penggagum paham ini dianggap tidak benar dan ada yang salah dengan mereka, karena mereka punya pemahaman yang berdasarkan pada peraturan agama. Saya terkadang berpikir memangnya ada yang salah dengan mempertanyakan sebuah kebijakan yang ada dalam sebuah agama jika itu memang benar-benar perlu di pertanyakan? Atau kita harus tetap diam dan menurut seperti apa kata agama walaupun itu salah?. Dan mereka kemudian menganggap saya lucu dan berkata " tunggulah suatu saat.., kamu akan mendapat hidayah" . 

Sebelum saya merenungi matang-matang pada hari saya pas berulang tahun yang ke 26 kemarin, reaksi saya terhadap permasalahan-permasalahan diatas mungkin tidak akan sama dengan sekarang. Mungkin saja sebelumnya saya begitu frontal dan berkoar-koar dalam menghadapi setiap permasalahan. Bagaikan aktivis garis keras yang secara tegas dan idealis berkata tidak untuk tidak dan iya untuk iya. Namun sekarang mungkin saya lebih berpikir secara fleksibel dan memikirkan segala kemungkinan.

Hal yang terpenting adalah bukan apa yang orang pikirkan tentang kita atau bukan apa yang orang lakukan terhadap kita melainkan bagaimana reaksi kita ketika orang lain memperlakukan kita seperti itu.
Rasa benci, marah, sakit hati, di khianati, dan dicemooh tentu saja ada di dalam hati namun hal yang terbaik adalah bukan membalas apa yang mereka perbuat terhadap kita melainkan merelakan dan menganggap itu semua pasti ada hikmahnya. 

Semua orang pasti memiliki alasan tertentu kenapa dia berbuat seperti itu dan sebagai seseorang kita juga harus selalu memikirkan alasan paling positif dari semua itu. Bukan untuk dapat memaklumi orang-orang yang membuat kita sakit hati melainkan hanya untuk suggest terhadap diri sendiri agar tidak terlalu larut dalam amarah dan rasa sakit berkepanjangan. Karena terkadang yang paling menyedihkan dari semua itu bukanlah kapabilitas seseorang dalam memenuhi janji ataupun dalam membuktikan kenyataan perkataannya melainkan bagaimana kita tidak akan bisa mempercayai orang itu lagi apa bila dia tidak punya kredibilitas tersebut. 

Yah.. Paling tidak saya tidak akan berlarut-larut dalam kesedihan terhadap hal yang orang lain lakukan terhadap saya  sekalipun itu menyakitkan namun tetap saya merasa sedih karena lagi-lagi saya telah kehilangan orang-orang  yang tadinya mungkin bisa dipercaya ataupun punya kapabilitas.

Sabtu, 15 Februari 2014

That Man

That man who made me smile
That man who made me cry
That man with warm lips
That man has found my heart
I can't erease that man
I can't forget that man
That man is like my breath
That man  is living
That man, my love, my hurting heart
That man who doesn't know anything
I love you and i love you again my man
I have no choice but let you go
Altought my heart in pieces
Altough those memories stab me
It hurts me even more
That man my love, my hurting hurt
That man who doesn't know anything
Instead of tears instead of sadness
Forget me and live happily
When our lives end and we close our eyes
Remember me once then.

Rough translate from a song tittled "Keu Saram " by Lee Seung Chul.

Sabtu, 01 Februari 2014

The Beginners Pray ( For Sinabung

Oh... mother earth
We don't know how angry you are
We don't even know why you angry at us
Just please forgive us for what we have done
Save our landfarm from those sparks of the anger

Oh... the holy spirit of mountain
Just warn us when we did something wrong
Do not frighten us with those fire and the grain of dust
We don't know how to live our life withouth those forests and springs where your soul live in
Keep the mountain safety for us please

Oh.. our ancient
Just lead us to the right path
How to respect the spirit of the holy  mountain with his way
We always respect more with the other path reither than the holy spirit of our mountain

Ooh God.....
Who claimed has the power for everything in this world
Just give us a thought that what u've planned is always for a reason
That nothing happen without the purpose
You are the wise one who always we believe

Kamis, 23 Januari 2014

The Moon and The Sun Flower

Rembulan benci ketika hujan datang dimusim panas, Benci ketika cahaya temaramnya tertutup oleh awan gelap yang membawa hujan. Sia-sialah sudah tebaran bintang dilangit yang menemaninya tidak kelihatan bersinar sama sekali malam ini.  Kali ini rembulan hendak bersinar dengan penuh, perlahan-lahan dia terbit seiring tenggelamnya sang matahari. 
Suasana senja saat itu membuat rembulan begitu bahagia, kali ini akan banyak orang yang melihat keindahannya ditambah summer triangle yg mengelilingi milky way akan menemani sang rembulan di malam musim panas. Semakin Senyapnya malam semakin indah pulalah cahaya yang muncul dari sang rembulan sebagai berkah dari luna selena. Namun sayang sungguh hujan tampaknya iri dengan kehangatan rembulan kali ini. Hujan datang bersama awan hitam menutup semua fantatisme keindahan malam. Kalau sudah begini siapa yang sudi menatap lagit dimalam hari lagi?  siapa yang akan mengagumi cahaya rembulan yang begitu hangat dan penuh malam ini? Semua orang akan berlindung, semua orang akan hanya mendengarkan bunyi hujan dibalik jendela mereka. Katakanlah ada yang begitu ingin melihat rembulan malam ini, namun ketika dia menatap langit dan menengadahkan kepala tetesan hujan malah menyakiti matanya. Bahkan dalam sebuah banyanganpun dia tidak akan bisa menemukan rembulan malam ini.
Rembulan pun menjadi iri pada sang matahari. Bukankah sang hujan bertindak sangat tidak adil terhadapnya. Hujan tidak akan pernah menutup sinar matahari, sederas apapun hujan turun,sekelam apapun awan yang ikut bersamanya tetap saja sinar matahari akan selalu kelihatan. Bahkan setelah semua hujan itu reda akan ada pelangi yang muncul menghias indahnya langit. Rembulan ingin sekali menjadi matahari, kali ini benar-benar menjadi matahari sesungguhnya. Tidak hanya mendapat biasan cahaya matahari seperti sekarang ini. Rembulan ingin muncul di siang hari, menemani setiap orang melakukan kegiatan mereka, mungkin memang tidak akan ada yg meluangkan waktu untuk sekedar mengamatinya tetapi setiap orang akan mengharapkan kehadirannya.
Rembulan ingin melihat bagaimana bunga matahari itu mekar. Dia ingin semua bungamatahari mengikuti cahayanya seperti yang mereka lakukan pada sang matahari.  Rembulan membayangkan betapa indahnya hamparan bunga yang semakin kekuningan ketika terkena cahaya matahari itu.
Dia tidak pernah melihat bunga matahari mekar, yang dia lihat hanyalah bunga matahari yang tertunduk layu seperti ketakutan akan cahaya rembulan malam. Tidakkah bunga matahari tau kalau dia sang rembulan juga punya kehangatan layaknya sang matahari. Kenapa bunga matahari tetap tidak mau mekar saat dia ada, padahal rembulan begitu ingin melihat susunan kelopak-kelopak bungamatahari yang merupakan kesempurnaan dari sebuah penciptaan.
Mengapa rembulan begitu menginginkan bunga matahari? Dia sendiri mungkin kurang tau jawaban pastinya tetapi jauh didalam hatinya dia  mengagumi sebuah kesempurnaan. Bunga matahari bagaikan sebuah masterpiece baginya, tidakkah ada yang sadar bagaimana susunan dari lingkaran biji-bijinya begitu sempurna dan sangat indah di pandang mata. Rembulan hanya ingin menikmati keindahan seni dari bunga matahari itu makanya dia ingin menjadi matahari.
Rembulan pun mengemis pada semesta alam, tidakkah dia punya kesempatan melihat bunga matahari mekar malam ini saja? Rembulan tau hujan sedang turun tetapi tidak bisakah semesta alam ini berhenti melakukan hal-hal yang sesuai dengan  hukum alam sekejab saja? Ditengah pengharapan itu, rembulan tahu adalah koyol jika bermimpi tentang bungamatahari yang akan mengikuti kemana cahaya redupnya bergerak. Tetapi apakah dia tidak bisa bermimpi sama sekali?

Jumat, 03 Januari 2014

The Everlasting Woman


 Tribute to My Mother Who always has a different way of loving me

Baginya kebijakan adalah hal yang asing, bukanlah pemberi keadilan tetapi memberi cara untuk bertahan hidup. Mengajari sesuatu begitu keras bahkan untuk jiwa pemberontak sekalipun. Hatiku begitu lama terkurung oleh dogma dan hal-hal fundamental yang diberi olehnya. Ada batasan dimana diriku tidak bisa melakukan hal-hal yang ingin kulakukan hanya karena aku bukanlah saudara-saudaraku

Aku akan berpikir dan mungkin masih berpikir kalau kasih sayang yang dia beri tidaklah seperti yang kuharapkan. Sesuatu yang menyenangkan bagiku adalah yang tidak masuk akal baginya. Aku selalu minta disetarakan tetapi baginya wanita punya cara lain untuk menjalani hidup. Mungkin dia berpikir aku terlalu keras entah itu karena tempaan masa lalu atau karena keegoisanku aku juga tidak mengerti.

Kami adalah dua wanita yang selalu berkonfrontasi, punya cara masing-masing dalam menjalani hidup dan cara itu tidak pernah sekalipun mempunyai titik temu. Aku tau dia ingin seorang anak perempuan seperti tetangga sebelah bisa diajak bercerita tentang baju apa yang cantik dipakai untuk kepesta. Atau dia ingin aku selalu bertanya padanya apakah sepatu yang kupakai sudah cocok dengan baju yang kukenakan? Tetapi yang dia dapat adalah anak perempuan yang bahkan tidak peduli dia sedang memakai celana yang setengah sobek sekalipun.  Aku bahkan tidak peduli dengan apa yang dibicarakan oleh orang-orang sekelilingku, mereka sebut aku gila maka gilalah aku. Tetapi dia selalu khawatir tentang apa yang mereka katakan tentangku.

Aku adalah wanita dan kuakui itu, walaupun tidak seperti yang dia inginkan tetapi aku punya mimpi melebihi seorang wanita yang selalu dia pikirkan. Tetapi  terkadang hal-hal yang menurutnya prinsipil itu adalah hal-hal yang omongkosong bagiku namun tetap kulakukan karena ada harga yang harus kuberikan padanya. Jadilah aku yang terbelah dua antara diriku yang sebenarnya dan diriku yang dia inginkan. Jadilah aku seorang pemimpi sejati hanya untuk melihat sebuah wajah yang akan selalu tersenyum saat memandangku dan dia bisa mengadalkan aku kapanpun dia mau. Karena semakin lama semakin aku sadar tidak mengapa semua mimpi itu terbuang demi sebuah abdiku padanya.

Pernah sekali aku ingin berontak, menghancurkan semuanya masa depan yang sudah tertata rapi, aku tidak ingin menjadi seseorang yang dapat dibanggakan. Aku hanya ingin mencapai kepuasan tertinggi dimana aku bisa merealisasikan semua imajinasi-imajinasi liarku, tanpa rumah, tanpa cinta, tanpa uang murni hanya sebuah kebebasan berekplorasi terhadap diri sendiri demi mencari makna yang paling diingini oleh hati.  Aku berpikir tidakkah dia mau tau kalau aku ingin menjadi seseorang yang benar-benar aku, jangan pedulikan apa kata mereka karena aku tidak ingin hidup hanya untuk memperjuangkan harga diri atau lepas dari penderitaan semata. Aku tidak ingin hidup hanya untuk materi atau masa depan dimana semua orang akan terkesima melihatnya. Tetapi bukankah itu yang membuat dia bangga?

Lalu aku melihat tetesan keringat yang berjatuhan di tempa sang matahari, bukankah kami hidup sudah begitu keras? Aku bertanya dalam hati. Aku lalu melihat airmata lukanya saat semua orang mencemooh dan meragukan kami. Aku ingin tampar wajah mereka semua, begitu congkak sampai tidak ada ruang untuk belaskasihan. Aku bersumpah  demi apapun itu kalau suatu saat mereka akan melihat hal-hal yang mereka cemooh itu tidaklah pantas. Aku akan mencapai titik dimana orang tidak akan memandang remeh lagi, buang dulu semua mimpi itu demi untuk menjaga agar airmata itu tidak akan pernah keluar lagi. Itulah arti dirinya bagiku.

Walaupun dia tidak sebijak seseorang yang aku sebut lebih menyayangiku dari siapapun didunia ini, tapi dia adalah wanita yang paling tangguh dari siapapun di dunia ini. Dia orang yang paling menyayangiku  tidaklah sekuat itu saat dia mencoba untuk menyerah dan meninggalkan kami dengan airmata luka yang menghiasi hatinya. Aku masih ingat ketika kami bertiga berbicara dari hati ke hati di sebuah ruangan sempit rumah sakit, dimana seorang bijak itu sudah melupakan idealismenya demi untuk sebuah rasa sakit hati pada congkaknya hidup ini kepada kami. Dan mulai saat itu aku bahkan sudah menutup pintu hatiku untuk sebuah hidup yang lebih layak yang dia inginkan dariku.

Aku akan terus hidup seperti ini hanya untuk melihat dia bahagia dan berani berkata kepada orang lain kalau dia punya seseorang yang bisa diandalkan, kita akan menjadi kekuatan satu sama lain. Dua wanita yang selalu berkonfrontasi saling mengisi kehidupan masing-masing. Saat aku mulai lemah dan benar-benar ingin bermimpi maka aku akan datang kepangkuannya kemudian mendegarkan cerita tentang kerasnya hidup menempa kami dan bagaimana kami bisa kehilangan  seseorang yang paling bijak dalam hidup kami. Dan itu akan membuat aku bertahan hidup lagi

Bahkan semakin lama semakin aku menyadari, ketika semua keterbatasan adalah lawan terbesarmu kenapa kau tidak mengalah saja pada keterbatasan itu. Aku bukanlah seorang yang pesimis akan hidup tetapi aku hanya sedang belajar untuk lebih realistis dan pragmatis dalam memandang hidup. Perlahan-lahan kebutuhan akan memudarkan nilai-nilai dari idealisme yang ada pada diriku. Tidak mengapa rasa sayang yang kudapat tidak sebanyak mereka, itu adalah caranya mengajarkan aku kemandirian. Tidak mengapa dogma demi dogma kudapatkan, itu semua akan mengantarkan aku kepada sebuah pemikiran yang dapat berargumen dengan lugas. Tidak mengapa konfrontasi demi konfrontasi dan perseturuan mengenai ketidakadilan genderisasi kudapatkan, karena itu adalah cara dia membuat aku menjadi sempurna.  Tidak ada yang kekal didalam kehidupanku melainkan sebuah senyum yang selalu ingin kulihat dari wajahnya. Karena bagiku dia adalah “Everlasting Woman”.