More than the words, n find more a sense from the masterpiece. cos it's trully deeply the art from heart.

Sabtu, 27 September 2014

Fana dalam Nyata


Relung relung biru menjalar disisi nalar
Tatapan yang berisyarat marah ntah untuk siapa
Apa yang tersembunyi dari madu yang ternikmati
Berikan fantasi liar disela mimpi tengah malam
Sunyi sepi terlenyap sudah dalam keheningan
Wahai fajar jangan datang, biar tetap terjaga
Kami fana dalam nyata
Beribu kata tertahan dalam kenikmatan
Menusuk setiap hati yang terbawa
Ini perasaan bukanlah kesepian
Atau hati terlalu hampa sampai buta
Mati aku diujung kelam
Hidup.. Dimana dia?
Kucari tak ketemu, Kuhampa dia ada

Senin, 22 September 2014

Tuhan ( Sebuah Kontemplasi)


Jangan berdebat mengenai apa yang dikatakan oleh para nabi karena itu adalah hal yang memang tidak bisa didebat.
Jangan mempertanyakan apa isi kitab suci karena apa yang ditulis itulah yang harus dipercaya
Bukankah mereka para nabi-nabi termasuk titisan tuha, Orang-orang terpilih yang mempunyai daya pikir dan kekuatan alam bawah sadar yang melebihi manusia di jamannya
Bukankah kitab suci adalah apa yang dikatakan oleh tuhan melalui para nabi itu sendiri?
Jadi kenapa harus dipertanyakan?
Karena terkadang ada manusia yang merasa ada yang salah dari sistem yang sudah tertata rapi tersebut.
Bukankah para nabi juga begitu?
Manusia pada awalnya adalah bebas ibarat binatang yang hidup di alam liar
Kemudian mereka menemukan api untuk memasak makanan dan semenjak itulah mereka berbeda dari binatang.
Kemudian manusia mulai bisa berpikir, mereka tidak takut gelap lagi karena sudah punya api dan mulai berhenti menyembah sang matahari. Karena rupanya sang matahari itu bukanlah yang paling berkuasa didunia ini.
Manusia semakin lama semakin pintar karena makanan yang semakin beragam otak mereka bisa berkembang lebih maksimal.  Kemudian mereka percaya kepada dewa-dewi yang ada diatas langit. Karena mereka tidak pernah bisa terbang dan melihat apa isi langit itu jadi mereka percaya ada dewa-dewa diatas sana yang membuat matahari, yang menciptakan hujan,  yang menciptakan badai,  yang membuat malam.  Semua itu berasal dari langit jadi sudah pasti dilangit sana ada istana para dewa-dewi.
Lalu beberapa ribu tahun kemudian para yahudi mulai memahami kalau dewa-dewi itu hanyalah dongeng semata.  Apa yang mereka sebut kehidupan diatas langit itu adalah tidaklah ada.  Tuhan itu adalah satu kesatuan yang utuh, Dialah yang membuat semuanya pagi,  siang,  malam,  hujan,  badai,  semua terjadi atas kuasaNya. Tapi tetap saja tuhan itu berada di langit.
Lalu kemudian manusia menemukan cara untuk terbang,  akhirnya mereka sadar langit itu adalah hampa dan pengetahuan mengajarkan mereka bagaimana hujan itu terjadi,  kenapa ada siang dan kenapa ada malam? Semua bisa dijelaskan secara ilmiah.
Lantas bagaimana eksistensi tuhan itu sendiri?
Pada akhirnya manusia jugalah yang memilih
Memilih untuk percaya pada apa
Memilih untuk percaya dengan cara bagaimana
Lantas apakah defenisi tuhan itu?
Bukankah nilai-nilai moral yang tertanam dimasyarakat, dimana tuhan adalah ide yang murni dari idealisme itu sendiri.
Sebuah titik tertentu dimana kau tidak bisa mengungkapkan keajaiban alam semesta dengan nalarmu ataupun dengan metode berpikir logikamu.
Sesuatu yang kau puja-puja diatas segalanya karena itulah kesempurnaan itu sendiri.
Tuhan tidaklah berada diatas langit tapi dihati setiap manusia yang mendamba akan kedamaian dan kesempurnaan hidup dialam semesta ini.
Tuhan adalah sebuah materiealisme ide yang selalu menjadi paduan hidup manusia dalam kesehariannya
Saat tidak berdaya dan diuji dengan kehidupan yang berat tuhan menjadi harapan melalui doa-doa
Saat hidup berada di puncak kejayaan dan bergelimang harta tuhan menjadi alasan untuk tidak menjadi sombong dan peduli pada sesama
Tiada yang lebih sempurna dari Tuhan itu sendiri karena manusialah yang membuat standar atas idealisme hidup dalam alam semesta ini dan manusialah kemudian yang menyebutnya dengan Tuhan.