More than the words, n find more a sense from the masterpiece. cos it's trully deeply the art from heart.

Jumat, 25 April 2014

Pragmatisme Cinta

Jangan ingatkan bagaimana kau menyanyikan sebuah lagu untukku
Karena kau mengharap sesuatu setelah itu.
Hapus ingatan tentang sebuah keromantisan tiada tara karena ada banyak perasaan yang bermain disana.
Kita berjalan bersama kebutaan. Aku sanggup hidup, aku sanggup berjanji tanpa peduli suatu saat itu akan kuingkari.
Aku bahagia saat kau peluk, tangisan datang bersama nafsu amarah dan konflik kemudian.
Tidak ada yang bisa kau tawarkan melainkan cinta itu katamu, itu hanya hasrat manusia semata pikirku.
Denganmu pernah kumencoba untuk menghilangkan pragmatis cintaku tapi malah kaulah orang yang membuat tawar menawar kemudian.
Rupanya seiring waktu berjalan matapun semakin terbuka. Kita harus melihat kiri kanan sebelum berjalan itulah katamu.
Lalu kausebut apa hubungan itu? Sebuah pasar tradisional kah?

Kamis, 10 April 2014

26 Tahun : Sebuah Renungan atau Sebuah Curahan?

Begitu terbangun pada hari kamis 3 April kemarin, saya berpikir, hei... Saya sudah 26 tahun  dan apa yang telah saya perbuat selama ini? Apakah sudah sesuai dengan apa yang saya inginkan ataukah malah jauh dari ekspetasi?. Pada setiap hari ulang tahun saya, saya selalu sempatkan beberapa jam untuk mengevaluasi diri. Dan sepertinya pada 26 tahun umur saya ini saya mendapatkan banyak pemikiran yang amat berharga. 

Permasalahan pertama adalah Terkadang ketika kita bertemu dengan orang yang kita anggap spesial akan langsung mempunyai ekspektasi yang melebihi dari selama ini kita pikirkan. Anggaplah kita selama ini selalu membuat skala prioritas untuk yang kita anggap spesial dengan sebuah feedback dimana suatu saat dia akan membuat perlakuan sama dengan yang kita inginkan. Saya selalu pikir manusia disekeliling saya juga punya pemikiran seperti itu. Memang pada dasarnya hidup lebih sering ada take and give dibanding tanpa pamrih. Jarang ada orang yang berbuat baik tanpa maksud tertentu. Ada saat dimana seseorang begitu baik dan melakukan segalanya untuk kita namun ketika keinginannya terhadap kita tidak tercapai maka dia akan melupakan kita begitu saja. 

Permasalahan kedua adalah bagaimana kita selalu tergantung dan terlalu berharap terhadap janji yang orang lain berikan. Sejujurnya setiap orang sudah pasti pernah tidak menepati janjinya. Hal itu bisa dimaklumi dan dimaafkan tapi setelah kita memaafkan dan memaklumi sudah tentu kita punya penilaian yang berbeda terhadap orang tersebut. Kebanyakan orang sering kali menjanjikan sesuatu dengan begitu mudahnya dan ketika dia merasa tidak memungkinkan untuk memenuhi janji itu maka dia akan mencoba mengulur-ngulur waktu , membuat alasan, dan mencari segala kemungkinan alasan pembenaran yang menjadikan mereka sebagai mulut manis pemberi harapan palsu.

Permasalahan ketiga adalah mengenai analisa prilaku seseorang terhadap kita. Ada banyak tipikal manusia dibumi ini tapi satu yang paling mengenaskan adalah orang yang dihadapan kita berbicara manis namun dibelakang kita selalu berkata buruk. Ada banyak orang yang suka berbuat superior terhadap orng lain, tidak pernah mau disalahkan dan selalu menyalahkan orng lain kalau ada sebuah kesalahan. Bukannya mencari solusi malah memperkeruh masalah dgn cara mecari alasan pembenaran sendiri melalui pembicaraan dibelakang layar tanpa berani berbicara langsung di publik yang terbuka.

Permasalahan keempat adalah ideologi yang menurut kalangan umum adalah salah. Baru belakangan ini saya berani berkata dengan terbuka bahwa saya adalah seorang rasionalis pendukung paham marxist dan seorang yang pro sekulerisme. Dimana ajaran-ajaran tersebut selalu di vonis salah dan sesat oleh semua kalangan beragama. Saya terkadang ingin menjelaskan bahwa itu hanya paham saja tidak ad hubungannya dengan agama, seperti tan malaka dan kamerad-kamerad revolusionir kiri lainnya yang tetap taat beribadah walaupun mereka adalah murid sejati dari Karl Marx, tapi ketidak terbukaan orang lain terhadap paham inilah yang membuat semua penganut dan penggagum paham ini dianggap tidak benar dan ada yang salah dengan mereka, karena mereka punya pemahaman yang berdasarkan pada peraturan agama. Saya terkadang berpikir memangnya ada yang salah dengan mempertanyakan sebuah kebijakan yang ada dalam sebuah agama jika itu memang benar-benar perlu di pertanyakan? Atau kita harus tetap diam dan menurut seperti apa kata agama walaupun itu salah?. Dan mereka kemudian menganggap saya lucu dan berkata " tunggulah suatu saat.., kamu akan mendapat hidayah" . 

Sebelum saya merenungi matang-matang pada hari saya pas berulang tahun yang ke 26 kemarin, reaksi saya terhadap permasalahan-permasalahan diatas mungkin tidak akan sama dengan sekarang. Mungkin saja sebelumnya saya begitu frontal dan berkoar-koar dalam menghadapi setiap permasalahan. Bagaikan aktivis garis keras yang secara tegas dan idealis berkata tidak untuk tidak dan iya untuk iya. Namun sekarang mungkin saya lebih berpikir secara fleksibel dan memikirkan segala kemungkinan.

Hal yang terpenting adalah bukan apa yang orang pikirkan tentang kita atau bukan apa yang orang lakukan terhadap kita melainkan bagaimana reaksi kita ketika orang lain memperlakukan kita seperti itu.
Rasa benci, marah, sakit hati, di khianati, dan dicemooh tentu saja ada di dalam hati namun hal yang terbaik adalah bukan membalas apa yang mereka perbuat terhadap kita melainkan merelakan dan menganggap itu semua pasti ada hikmahnya. 

Semua orang pasti memiliki alasan tertentu kenapa dia berbuat seperti itu dan sebagai seseorang kita juga harus selalu memikirkan alasan paling positif dari semua itu. Bukan untuk dapat memaklumi orang-orang yang membuat kita sakit hati melainkan hanya untuk suggest terhadap diri sendiri agar tidak terlalu larut dalam amarah dan rasa sakit berkepanjangan. Karena terkadang yang paling menyedihkan dari semua itu bukanlah kapabilitas seseorang dalam memenuhi janji ataupun dalam membuktikan kenyataan perkataannya melainkan bagaimana kita tidak akan bisa mempercayai orang itu lagi apa bila dia tidak punya kredibilitas tersebut. 

Yah.. Paling tidak saya tidak akan berlarut-larut dalam kesedihan terhadap hal yang orang lain lakukan terhadap saya  sekalipun itu menyakitkan namun tetap saya merasa sedih karena lagi-lagi saya telah kehilangan orang-orang  yang tadinya mungkin bisa dipercaya ataupun punya kapabilitas.