More than the words, n find more a sense from the masterpiece. cos it's trully deeply the art from heart.

Minggu, 25 Mei 2014

Syair Biru Malam Sendu


Kutanya pada malam tegarkah aku bagai karang?
Saat sendiri tanpamu
Pria terhebat dalam hidupku
Kenapa meninggalkanku saat yang kubutuhkan adalah kebijaksanaanmu
Manusia-manusia  naïf itu menyemburkan lahar ke wajahku
Panas, perih, luka, tanpamu bagaimana aku bisa
Manis wajah mereka hilang seiring pudarnya wajahmu diingatanku
Aku tidak takut menghantam badai, tapi aku takut akan pesanmu saat itu
Kurindu berbagi malam biru dengamu
Mengutuk harta yang membuat manusia buta
Terjaga meredam murung agar airmatamu tidak terjatuh
Demi tuhan kenapa malam terakhir itu kita lalui dengan sendu?
Tak kusesali kau pergi, jutaan airmata ini hanyalah penyembuh luka
Karena kau priaku tidak akan pernah kembali lagi
Sesak dada terisi penyesalan  ingin juga kutumpahkan
Idealismemu yang terikat padaku mencoba menutup lubang kosong dalam hati
Tapi bagaimanapun wajah kecewa itu akan kupendam menjadi dendam
 Katankanlah dari ujung langit sana, bagaimana aku harus berbuat?
Mimpi indah tentang kehidupan telah hancur bersamamu
Manusia-manusia konyol itu telah berani menertawakan setiap airmata yang jatuh dari pipiku
Lantas apa aku harus melupakan kebijakanmu dan membuat bajingan diriku sendiri?
Kau selalu berkata semua niat yang baik akan menghasilkan hasil yang baik pula
Sekalipun semua berpaling darimu kau tetap akan tersenyum bukan?
Aku tidak tahu bagaimana menjadi bijak saat kau tidak disisiku
Bisakah aku menawar rasa sakit dengan perbuatan baik itu sendiri?
Kau priaku dari ujung langit sana, bicaralah sekali saja dalam mimpi pun tak apa

~ for my beloved father, the man that my mother adore

Tidak ada komentar:

Posting Komentar